Myanmar Alami Inflasi Dan Kemiskinan Yang Terus Meningkat

Myanmar
Myanmar Alami Inflasi Dan Kemiskinan Yang Terus Meningkat

Myanmar Alami Inflasi Dan Kemiskinan Yang Terus Meningkat Selama 6 Tahun Terakhir Dengan Pertumbuhan Ekonomi Hanya 1%. Kemiskinan di negara konflik ini terus menerus meningkat dan. melebar hingga tidak ada pertumbuhan ekonomi di negara ini. Berdasarkan data, pertumbuhan ekonomi di negara ini hanya meningkat 1% setiap tahunnya. Hal ini membuat negara ini menjadi semakin mengalami inflasi dan kemiskinan yang terus meningkat. Tentunya kasus ini menarik perhatian beberapa organisasi internasional.

Bank dunia menyatakan bahwa naiknya kekerasan hingga mata uang yang sangat anjlok memberikan dampak sangat signifikan dengan bisnis di negara ini. Tak hanya itu saja, bank dunia juga mengatakan jika gejolak politik dan ekonomi negara ini sudah ada sejak kudeta militer pada tahun 2021 silam. Kudeta militer merupakan berkahirnya satu dekade masa reformasi ekonomi dan demokrasi pada negara tersebut. Pastinya hal ini sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian di Myanmar.

Sejak saat itu, kondisi perkenomian di negara ini semakin kacau. Yang mana Bank Dunia menyebutkan bahwasanya negara ini mengalami inflasi dan kemiskinan yang terus meningkat selama 6 tahun terakhir. Pada Desember lalu, bank dunia memperkirakan bahwa perekonomian di negara ini akan tumbuh sekitar 2%. Hal ini di dasarkan pada data pertumbuhan domestik bruto negara myanmar sebesar 1% yang berakhir pada bulan maret 2024 lalu.

Namun faktanya hingga saat ini negara ini masih mengalami inflasi dan kemiskinan yang terus meningkat. Tingginya inflasi atau anjloknya nilai mata uang dan kendala dalam tenaga kerja membuat kondisi ini menjadi semakin parah. Hal ini di duga akan berpengaruh terhadap aktivitas kehidupan masyarakat di bandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Memiliki pertumbuhan ekonomi negara yang sangat kecil membuat Myanmar menjadi negara terancam. Dimana banyak kekacauan terjadi di negara ini mulai dari inflasi, kemiskinan, kekerasan, hingga sulitnya mencari tenaga kerja serta sulitnya memenuhi kebutuhan menjadi permasalahan yang cukup serius untuk negara ini.

Perang Saudara Yang Terjadi Di Myanmar

Perang Saudara Yang Terjadi Di Myanmar menjadi salah satu faktor yang menyebabkan negara ini mengalami kekacauan. Berdasarkan laporan dari PBB, mengatakan bahwa separuh penduduk negara ini mengalami kemiskinan usai terjadi perang saudara di negara ini. Sebelumnya, mynamar di kenal sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki perekonomian yang menjanjikan. Namun sayangnya saat ini negara ini mengalami inflasi dan kemiskinan yang terus meningkat hingga 6 tahun terakhir.

Di lansir dari CNN, hampir dari setengah penduduk Myanmar berada di bawah kemiskinan. Yang mana sebanyak 49,7% penduduk negara ini memiliki pendapatan di bawah USD 76 sen per hari. Penelitian dari PBB (UNDP) menyebutkan bahwa angka kemiskinan tersebut meningkat 2x lipat sejak tahun 2017. Kemiskinan di negara ini semakin meningkat dengan inflasi dan perekonomian yang terus menurun. Hingga saat ini, negara ini mengalami kondisi perekonomian yang semakin buruk. Myanmar di sebut memiliki perekonomian yang sangat buruk selama 6 tahun terakhir ini.

Hal ini di awali dengan kudeta militer yang terjadi di negara ini. Kudeta militer atau perang saudara ini menyebabkan perekonomian negara ini menjadi kacau dan semakin memburuk hingga saat ini. Adanya kudeta militer atau perang saudara ini menyebabkan turunnya pendapatan penduduk negara ini. Banyak sekali penduduk dan keluarga-keluarga yang terpaksa memangkas pengeluaran dan kebutuhan sehari-hari dalam melangsungkan hidup. Lonjakan inflasi yang terjadi membuat banyak penduduk memangkas pengeluaran di segala aspek seperti makanan hingga kesehatan.

Pertumbuhan Perekonomian Sebelum Terjadi Kekacauan

Myanmar mengalami inflasi dan kemiskinan yang terus meningkat selama 6 tahun terakhir. Kasus ini bermula dari perang saudara atau kudeta militer yang terjadi pada negara ini. Padahal sebelumnya, negara ini terkenal sebagai negara yang memiliki perkembangan ekonomi sangat pesat di Asia Tenggara.

Pertumbuhan Perekonomian Sebelum Terjadi Kekacauan di myanmar tergolong cepat dan pesat. Pada tahun 2011 lalu, negara ini telah mengalami kemiskinan. Namun pada saat itu myanmar mampu mengatasi permasalahan tersebut dengan kemajuan yang pesat sehingga dapat mengurangi kemiskinan yang terjadi. 2011 merupakan tahun dimana di mulainya transisi demokrasi yang terjadi di negara ini. Hal ini menjadi salah satu pendorong reformasi ekonomi dan politik.

Myanmar dapat melewati permasalahan di atas yang mana negara ini memiliki perokonomian yang dapat tumbuh dengan pesat pada tahun 2016. Dimana perekonomian negara ini naik sebanyak 6% beradasarkan data dan pengamatan bank dunia. Kemiskinan telah terjadi di negara ini sejak tahun 2005. Pada saat itu tingkat kemiskinan di negara ini mencapai 48,2% yang mana merupakan separuh dari populasi penduduk negara ini. Myanmar berhasil menaikkan tingkat perkonomiannya dan berhasil mengatasi kemiskinan hingga setenganya. Pada tahun 2017, negara ini dapat menurunkan tingkat kemiskinan yang menurun menjadi 24,8%.

Setelah memiliki perekonomian yang membaik, pada tahun 2021 negara ini mengalami kudeta militer. Kudeta militer inilah yang menyebabkan negara ini mengalami inflasi dan kemiskinan terparah yang terjadi. Kudeta militer berhasil menggulingkan sistem pemerintahan dan demokrasi di myanmar yang menyebabkan terjadinya banyak kekecauan. Kekerasan, kemiskinan, hingga sulitnya menjalani kehidupan saat ini menjadi dampak dari adanya kudeta militer di negara ini.

Perekonomian Myanmar Semakin Anjlok Dan Butuh Intervensi

Adanya kasus inflasi dan kemiskinan yang terparah di negara ini membuat Perekonomian Myanmar Semakin Anjlok Dan Butuh Intervensi. Kemiskinan dan inflasi yang terjadi di negara ini menjadi semakin meningkat dan di sebut sebagai kondisi perekonomian terparah yang terjadi selama 6 tahun terakhir. Tak hanya itu saja, meskipun semua negara mengalami kemiskinan namun myanmar memiliki kondisi sangat parah karena berada di zona konflik. Tentunya hal ini menyebabkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan masyarakat myanmar.

Sejak terjadinya kudeta militer, perang terjadi dimana-mana. Banyak sekali serangan dari darat maupu udara yang di terjunkan di beberapa daerah di negara ini. Perlawanan tentara etnis melawan pasukan militer untuk menggulingkan kekuasaan negara ini semakin brutal. Adanya perang ini juga menyebabkan hampir 3 juta penduduk negara ini mengungsi dari daerah perang tersebut.

Pertempuran sengit terjadi di negara bagian kayah. Yang mana hal ini menyebabkan perekonomian di daerah ini menurun drastis di bandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini juga berdampak pada daerah yang tak terkena perang. Inflasi yang terjadi menyebabkan semua masyarakat negara ini merasakan kemiskinan. Maka dari itu, negara ini sangat butuh intervensi.

Investasi negara ini di laporkan turun drastis di ikuti dengan banyaknya jumlah pengangguran di myanmar. Tanpa adanya intrvensi segera, kasus ini akan menjadi semakin buruk dan kacau. Yang mana akan terjadi krisis ekonomi, krisis kemanusiaan secara eksponesial. Nantinya hal ini akan berdampak pada pembangunan myanmar kedepannya bahkan hingga lintas generasi. Maka dari itu negara ini butuh intervensi untuk memberikan bantuan berupa uang tunai, makanan, atau layanan dasar yang di butuhkan di Myanmar.

Exit mobile version