
Gunung Kuda Cirebon Telah Terjadi Longsor Yang Menjadi Peristiwa Yang Sangat Mengejutkan Masyarakat. Bencana ini di picu oleh intensitas hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir, yang menyebabkan tanah di lereng gunung menjadi tidak stabil. Kondisi tersebut akhirnya mengakibatkan tanah longsor yang menimpa beberapa pemukiman dan area perkebunan di kaki Gunung Kuda Cirebon.
Kronologi Longsor Gunung Kuda Di Cirebon Tahun 2025, sekitar pukul 01.00 WIB Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon. Peristiwa ini terjadi saat aktivitas penambangan sedang berlangsung, dengan sejumlah pekerja tengah mengisi material ke dalam dump truck. Tiba-tiba, tebing batu kapur setinggi lebih dari 300 meter runtuh, menimbun area tambang dan menyebabkan gemuruh serta debu tebal yang menyelimuti lokasi.
Akibat longsor tersebut, sebanyak 17 orang di nyatakan meninggal dunia, sementara delapan orang lainnya masih hilang dan belum di temukan hingga Sabtu, 31 Mei 2025. Sebanyak 16 jenazah telah berhasil di evakuasi, namun satu di antaranya meninggal dunia di rumah sakit. Tim SAR, di bantu oleh aparat kepolisian dan TNI, terus melakukan upaya pencarian meski terkendala oleh cuaca buruk dan medan yang sulit di jangkau.
Investigasi awal mengungkap bahwa longsor ini di sebabkan oleh kombinasi faktor alam dan metode penambangan yang di terapkan di lokasi tersebut. Pihak pengelola tambang di ketahui menggunakan metode undercutting, yaitu menggali material dari bawah tebing, yang menyebabkan struktur tanah di atasnya menjadi labil dan rentan terhadap longsor. Selain itu, curah hujan tinggi yang terjadi beberapa hari sebelumnya turut memperburuk kondisi tersebut.
Meskipun longsor ini merupakan bagian dari proses penambangan yang telah di rencanakan sebelumnya, pihak pengelola tambang mengklaim telah melakukan langkah antisipasi dengan mensterilkan lokasi dan menghentikan aktivitas penambangan sebelum kejadian. Namun, kejadian ini tetap menimbulkan korban jiwa dan menyoroti potensi bahaya dari metode penambangan yang di gunakan.
Sebagai respons atas peristiwa ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Gubernur Dedi Mulyadi memerintahkan penutupan permanen tambang Gunung Kuda dan empat tambang sejenis lainnya di wilayah tersebut. Langkah ini di ambil untuk mencegah terulangnya bencana serupa di masa depan dan memastikan keselamatan para pekerja serta masyarakat sekitar.
Setelah longsor terjadi di Gunung Kuda, pemerintah daerah segera mengambil langkah cepat untuk menanggulangi bencana. Upaya Pemerintah Dan Tim Penanggulangan Bencana di bentuk dan di kerahkan ke lokasi untuk melakukan evakuasi warga yang terdampak. Mereka bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, dan relawan untuk memastikan proses penyelamatan berjalan efektif dan aman.
Salah satu prioritas utama adalah mengevakuasi warga dari zona berbahaya agar terhindar dari longsor susulan. Tim juga melakukan pendataan korban serta pendistribusian bantuan darurat seperti makanan, air bersih, dan kebutuhan medis. Posko pengungsian di dirikan untuk menampung warga yang kehilangan tempat tinggal, sehingga mereka mendapatkan perlindungan dan pelayanan dasar.
Pemerintah juga mengaktifkan pemantauan intensif di wilayah sekitar Gunung Kuda menggunakan alat deteksi pergerakan tanah dan sensor cuaca. Langkah ini penting untuk mengantisipasi potensi longsor lanjutan dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Selain itu, koordinasi lintas sektor terus di lakukan guna mempercepat respons bencana.
Upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pun mulai di rencanakan setelah kondisi mulai terkendali. Pemerintah berkomitmen memperbaiki infrastruktur yang rusak, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya. Program pemulihan ekonomi juga di luncurkan untuk membantu warga agar kembali produktif dan mandiri.
Secara keseluruhan, sinergi antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan penanggulangan bencana longsor Gunung Kuda. Kesadaran dan kesiapsiagaan warga juga terus di tingkatkan agar bencana serupa dapat di hadapi dengan lebih baik di masa depan.
Pemerintah daerah bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) secara aktif mengimbau warga di sekitar Gunung Kuda untuk selalu waspada, terutama selama musim hujan yang rentan memicu longsor. Warga di harapkan tidak mengabaikan tanda-tanda alam seperti retakan tanah, suara gemuruh dari lereng, atau aliran air yang tiba-tiba deras, karena itu bisa menjadi pertanda awal longsor.
Sebagai bagian dari protokol waspada, masyarakat di minta untuk selalu memantau informasi cuaca dan peringatan dari pihak berwenang melalui media lokal maupun aplikasi peringatan dini bencana. Jika ada peringatan potensi longsor, warga harus segera menghindari area rawan dan mempersiapkan rencana evakuasi dengan baik. Kesiapan ini sangat penting untuk mengurangi risiko korban jiwa.
Warga juga di anjurkan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan menghindari penebangan pohon di lereng gunung. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan tanah dan mengurangi potensi longsor. Masyarakat sekitar dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam program reboisasi dan konservasi lingkungan.
Selain itu, warga di harapkan membentuk kelompok relawan desa yang dapat membantu sosialisasi dan membantu proses evakuasi bila terjadi bencana. Kelompok ini juga berperan sebagai penghubung antara warga dengan petugas BPBD untuk memastikan informasi dan bantuan dapat tersalurkan dengan cepat dan tepat.
Terakhir, protokol kesehatan juga harus di perhatikan selama proses evakuasi, terutama di masa pandemi. Penggunaan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menjadi hal penting agar warga tetap terlindungi dari risiko penyakit. Dengan mematuhi Himbauan Dan Protokol Waspada Untuk Warga di sekitar Gunung Kuda dapat menghadapi potensi bencana dengan lebih aman dan terorganisir. Dengan kesadaran dan kewaspadaan bersama, kita dapat meminimalkan risiko bencana dan menjaga keselamatan warga di sekitar Gunung Kuda Cirebon.